perekonomian
yang tak kunjung membaik dinegeri ini ternyata sangat berdampak pada
kesejahteraan rakyat dinegeri ini. Terlihat dari jumlah pengemis yang
semakin banyak dan menjamur didaerah Jakarta.ketika saya menelusuri
suatu kawasan didaerah pinggiran jakarta tepatnya di daerah Pondok
Labu, amat banyak pengemis yang bertebaran dijalan-jalan dan lampu
merah sekitarnya.
Ketika saya
sedikit menyanyakan hal tersebut ke beberapa toko yang ada disekiaran
pasar Pondok Labu Jakarta selatan. Saya bertemu dengan seorang
pemilik Toko Handphond di daerah sana yang bernama Tomi, ia
mengatakan 'pengemis disini apun saya, bukanya saya tak mau memberi
tapi terlalu sering kontunitas datangnya pengemistiap harinya. Dalam
1 jam pengemis bisa datang 2-3 orang' mendengar cerita Mas Tomi
tersebut saya penasaran dan mencoba menunggu beberapa menit dan
ternyata benar apa yang ia katakan dan pengemis tersebut pun tak
terlalu tua dan renta, nampak masih segar dan tidak cacat. Memang hal
ini sudah sangat meresahkan masyarakat yang ada disekitaran Pondok
Labu khususnya.
Saya
pun mencoba untuk menjumpai pengemis tersebut, Tarmin 46th
yang berhasil saya jumpai. Tarmin mengaku menjadi seorang pengemis
adalah pilihanya karena ia merantau ke Jakarta tanpa bekal Ijazah
atau pun keahlian yang mumpuni. Dan ia pun malu bila pulang ke
kampungnya tanpa bekal apapun. Memang ironis memang, Tarmin yang
terlihat masih cukup kuat untuk bekerja akhirnya menjadi pengemis
dengan hanya menyodorkan tangan saja.